Monday, November 29, 2010

Fix It

Everything that has ever been broken never be the same again

That's what quote says. Maybe we can't make it the same like before, but we'll try to fix it becomes a better one together. It'll be weird first, then I hope in the end everything's gonna be fine. As long as we wanna work on this and struggle for us.

p.s I love you

Aku Sayang ....

Seperti biasa, kamu berbaring di kakiku. Kemudian kita menghabiskan waktu di mobil dan bicara banyak hal. Lalu mulai mengenang dan flash back tentang masa lalu mulai dari saat pertama kita bertemu dan selanjutnya.

Kamu: "Waktu pertama kali kayak gini 'kan kamu bilang pengen berhentiin waktu."
Aku: "Iya, aku inget. Takut banget waktu kamu pulang semua bakal berakhir."
Kamu: "Iya, takut setelah 3 hari semuanya bakal berubah. Udah gitu lewat 3 hari, seminggu yang kamu takutin. Eh, ternyata kita sampe di sini juga. Hampir 6 bulan, yang."
(hening sejenak)
Kamu: "Yang, tau ga? Aku sayang banget sama... mobil ini."

*daaangg*
Sambil menoyor kepala kamu aku lalu berkata, "Duh, kamu nih selalu ngerusak suasanaaaa..!" >:l

Friday, November 19, 2010

In Everything I Do

When I park my car in the basement, I'll remember you
The place where we shared, talked and loved each other
When I eat at my cafe, I'll remember you
Oxtail soup and ice lemon tea, your favorites

When I wanna get my breakfast, I'll remember you
The time we met a lot together
When I through those streets, I'll remember you
The streets we often got through

When Tuesday and Friday come, I'll remember you
That I used to drive you to your work place
When Wednesday comes, I'll remember you
The day that you don't work and free

When I see ice cubes in my glass, I'll remember you
The one who loves eating them
When I see coke on the menu, I'll remember you
The one who loves drinking it

When I see a silver jazz like mine, I'll remember you
Like your car that I drove a lot
When I feel uncomfortable in a crowded place, I'll remember you
Both of us directly wanna go home after it

In everything I do, I'll remember you because you're the one in my mind

160 Hari

160 hari mencoba saling mengenal
160 hari mencoba saling mengerti
160 hari mencoba saling menenangkan
160 hari mencoba saling ada satu sama lain

160 hari yang indah dan menyebalkan
160 hari penuh canda dan emosi
160 hari diwarnai tawa dan tangis
160 hari rindu dan lelah

160 hari penuh cerita dan cinta
160 hari berbagi hidup dan mimpi
160 hari merasakan mencintai dan dicintai
160 hari merasakan manis pahit sebuah hubungan

160 hari yang kuharap akan selamanya
160 hari yang kupikir akan seterusnya
160 hari yang tak terbayang akan berakhir
160 hari yang terlalu dalam untuk dilupakan

160 hari yang akan selalu berarti walau kita tak lagi saling menggenapkan

Tahukah Kamu?

Tahukah kamu mengapa aku berani mengatakan kalimat itu? Karena jujur aku tak pernah merasa siap. Tapi siap ataupun tidak, hal ini harus kuhadapi. Setelah memutar otak dan menguatkan hati, aku mengatakan hal itu. Hal yang kutahu akan membuatku kehilangan kamu untuk selamanya. Karena kamu selalu mendorongku untuk pergi. Kali ini aku pergi dan aku tahu saat itu bahwa kamu tak akan memintaku kembali.

Tahukah kamu?
Semua itu karena semua ucapku tak lagi bisa menenangkan. Tak bisa lagi menyelesaikan. Tak bisa lagi mencari solusi. Tak tahu lagi harus berkata apa. Setiap kali bicara terlihat wajahmu yang lelah mendengarkan aku, yang merasa terjebak dan tak bisa melangkah, yang juga tak tahu lagi harus berbuat apa.
Semua itu karena air mataku tak lagi berarti. Semua hal yang kulakukan untuk mencoba menyelesaikan atau mempertahankan terasa percuma.
Semua itu karena belakangan tak lagi kulihat ekspresi lain darimu selain marah, terbeban, dan lelah. Tak pernah lagi menitikkan air mata untuk meyakinkanku bahwa kamu memang sayang aku.

Tahukah kamu?
Bahwa mungkin benar katamu. Aku harusnya menerima bahwa akhirnya kamu akan berbalik dariku dengan alasan yang sama. Bahwa aku harus membuktikan semua tulisanku baik lagu, cerita, ataupun puisi. Dan kini aku telah melakukannya, tanpa tahu berapa lama akan sembuh. Tapi aku yakin suatu hari aku akan baik-baik saja. Kuharap kamu juga mendapat yang terbaik seperti yang kamu dan sekitarmu inginkan. Yang aku tahu pasti, itu bukan aku.

Terima kasih untuk semua kenangan indah selama 160 hari merangkai kisah bersamaku. Mungkin kali ini aku harus menggoreskan kata the end untuk buku cerita kita.

Sekarang Semua Terbayang

Dulu selalu kubilang tak terbayang tanpamu
Dulu selalu kurasa takkan mampu tanpamu
Dulu selalu kupegang janjimu menemani
Dulu selalu kupegang tanganmu melindungi

Sekarang harus kukatakan bayangan itu mulai jelas
Sekarang harus kuakui bahwa hubungan ini telah selesai
Sekarang tak mampu lagi kuhadapi ekspresi lelahmu
Sekarang tak mampu lagi aku menahanmu pergi

Duniaku tak akan pernah sama lagi
Karena aku telah memilih melepasmu
Bukan aku merasa kuat atau bisa
Tapi karena aku tak sanggup lagi menahanmu

Friday, November 12, 2010

Dunia Paralel

Aku tak percaya pada dunia paralel
Aku hanya manusia sederhana
Tak ingin lebih lelah lagi berpura
Hanya ingin diterima apa adanya

Mungkin nanti aku yang tak bisa
atau kamu yang tak sanggup
Mana bisa tenang saat kamu menghabiskan waktu dengan yang lain
Mana bisa senang saat aku melakukan hal yang sama dengan yang lain

.:aku hanya ingin bersama kamu dan dimiliki kamu:.

Monday, November 8, 2010

Aku Terlalu

Aku terlalu sayang kamu
hingga aku tak mampu bersikap ikhlas

Aku terlalu percaya kamu
bahwa kamu juga sangat sayang aku

Aku terlalu mengenalmu
hingga mungkin lebih dari dirimu sendiri

yang terlalu selalu tak baik

Destroyed

Lagi-lagi terulang hal yang sama. Dengan mudah kamu menyuruhku melepaskan kamu. Kali ini aku terasa sangat marah. Hanya karena kesalahan itukah kamu membuang aku? Kucoba mengerti setiap kali, walau tak sempurna. Ku minta kau mengerti salahku kali ini, sesulit itukah? Alasan yang kamu beri terasa sangat klise. Itu hal-hal yang harusnya sudah kamu sadari dari awal, bukan sekarang setelah sampai di sini. Jangan menyakiti aku seperti ini, kamu tahu aku tak bisa. Kamu tahu aku akan bereaksi seperti apa. Setelah beberapa minggu ini terasa kembali manis dan luar biasa indah, berbagi semua mimpi dan kata-kata sayang, kamu ingin aku mengikhlaskan semua begitu saja? Apakah kamu memikirkan aku? Atau hanya kamu dan sekelilingmu di mana itu tidak termasuk aku? Kamu bilang pilihanmu yang menghancurkan kamu sekarang. Dan pilihan itu adalah keputusan untuk bersama aku. Sakit luar biasa, mungkin kamu tak tahu rasanya. Bagaimana bisa dia mempengaruhi kamu begitu hebat? Sedang aku yang selalu berusaha melakukan yang terbaik tak berarti di mata kamu? Mengapa dia mencoba menghancurkan hidupku sedangkan aku tak pernah mengganggu hidupnya? Apa belum puas dengan yang dia dapatkan sekarang? Dua kali kamu berbuat hal yang benar-benar menghancurkan aku. Dua kali kamu ingkari janji untuk menemaniku. Tak tahu kali ini dapatkah hati ini kembali seperti semula atau akan hancur hingga aku jadi gila. Aku tak pernah tahu dan tak mau tahu. Sekali lagi akan kehilangan orang tersayang karena alasan yang sama. Mampukah aku melewatinya? Atau tak mampu lagi bertahan dan berjuang. Adilkah ini untukku saat bukan masalah antara kita yang memisahkan? Egois. Setelah kau memungut cintaku yang sedang mengemis di jalanan hatimu, kemudian kau buang lagi cintaku. Lalu buat apa kau pungut waktu dulu? Apakah hanya untuk dinikmati indahnya kemudian pergi setelah puas dan rasa bersalah kembali merundung kamu, kamu pergi tanpa perduli bagaimana aku di sini? Dan dengan mudahnya kamu bilang ikhlas, ikhlas, dan ikhlas.

Sayang, aku bukan malaikat.

Sunday, November 7, 2010

Menteng Prapatan

"Yang, Hotel Borobudur itu di mana ya?" kamu bertanya dengan ragu. Aku mencoba menjelaskan kira-kira jalan mana yang kamu pernah lewati. "Kamu tau Menteng, kan?" aku bertanya. Dengan yakin kamu menjawab, "Kayaknya tau deh. Menteng Prapatan itu, kan?"

(sunyi sekejap)

"Yaaanggg, itu mah Mampang Prapataaannn... Kamu bodoh aahh.. Hahaha." aku langsung berseru.
"Iyaaa, itu deh maksud aku.." kamu masih mencoba ngeles. Kemudian kamu berkata, "Menteng kan juga ada banyak prapatannya, yang. Hahaha."

Mau Gelas?

Seperti biasa, kita senang berbaring saling menatap dan menyampaikan rasa. Sampai waktu mulai tak terasa dan perut kita mulai meraung meminta makanan. Lalu dengan lembut kamu berkata, "Kamu laper, yang? Aku ambilin gelas ya.." dengan polos kamu bertanya dan tanpa maksud usil atau apapun. Dan karena kebodohan kamu itulah aku dengan spontan sambil menoyor kepala kamu aku berkata, "GELAS? Hahaha. Emangnya makan pake gelas yang? Atau aku kuda lumping sampe makan gelas?"
Kamu hanya tertawa tergelak. Dasar bodoh.

Saturday, November 6, 2010

Tengah

Kadang ku tak ingin ikuti caramu
Tapi kamu bilang jika kamu ikuti caraku,
nantinya tak ada solusi,
yang ada malah emosi

Walau masih ku merasa sangsi
tapi kubiarkan rasa itu menjadi basi
Dan tak perlu ada yang ditangisi,
karena detik waktu tetap berjalan presisi

Kita akan coba berjalan ke tengah,
agar tak ada yang terengah,
karena merasa telah lelah
atau ingin menyerah

inspired by: you

Wednesday, November 3, 2010

Nasi Padang vs. Pasangan Hidup

Saat itu kami sedang berbaring, saling berhadapan dan mulai bicara serius, atau mungkin bisa disebut romantis.

"Kamu punya siapa?" aku bertanya.
"Aku punya kamu sayang," ujarmu lembut. "Aku percaya banget sama kamu. Kenapa ya aku segitu percayanya sama kamu buat jadi pasangan hidup aku?"
Sambil tersenyum malu aku terdiam dan tak mampu menjawab pertanyaan kamu. Rasanya kita luar biasa sedang jatuh cinta. Terus-menerus menebar mimpi yang menurutku tak apa bermimpi selama mimpi itu masih gratis. Lalu aku mulai menjawab,"Ga tau sayang.. Mungkin karna kamu sayang banget sama aku dan tau aku bakal jagain kamu?"
Kamu diam selama beberapa detik dan aku menunggu sambil mengusap dahimu. Tiba-tiba kamu berkata, "Yang, kalo nasi padang bisa delivery ya?"

*daaaanggggg*
"Kamu tuh ya.. Tiap diajak ngomong serius pasti tetep ujung-ujungnya makanan." aku langsung berseru sambil menoyor kepalanya. "Bener-bener ngerusak suasanaaaa!!!" sambil terus tertawa geli melihat ulahnya.

Monday, November 1, 2010

Marry Me, Please?



Kamu itu sering sekali dikejar waktu dan pekerjaan. Kemudian karena terus-menerus kurang istirahat, badan kamu menjadi sakit. Dengan begitu banyaknya kesibukan kamu, aku menduga tubuh kamu lelah mengikuti semua aktivitas itu. Tapi kali ini tubuhmu memprotes kesakitan dari bagian kepala, ulu hati, lambung, sampai ke bagian kaki. Dasar, kamu itu selalu saja begitu. Itulah mengapa aku ingin selalu ada untukmu. Untuk mengingatkan kamu dan menjaga kamu hingga kamu tidak jatuh sakit.

*** (di rumah sakit)
Aku menemanimu mendaftar, periksa tekanan darah, dan mengobrol dengan dokter penyakit dalam itu. Menurut kita, dokter itu memang kurang informatif. Tidak memberi tahu detail kira-kira cara pencegahan lebih lanjutnya harus bagaimana, penyebabnya apa, dan sebagainya. Ya sudah, akhirnya kita pulang saja setelah menebus resep dengan birokrasi yang berbelit-belit itu.

*** (di rumahku)
Kamu tiba-tiba berkata, "Hey, maaf tadi aku ngegandeng kamu di lorong. Hehe. Aku beneran lupa tadi. Bahkan aku hampir aja menggelendot ke kamu."
"Gapapa.. Aku malah seneng tadi kamu kayak gitu. Aku ga lupa sih, tapi tadi menikmati aja. Makanya tadi aku senyum-senyum." jawabku.
"Habis, tadi aku ga ngerasa sendirian waktu keluar dari rumah sakit. Karena ada kamu yang nemenin aku. Udah kayak pasangan aku aja. Hehe." kamu masih mencoba terus menjelaskan.
"Iya, gapapa sayang. Aku kan tadi udah bilang kalo aku emang seneng kamu kayak tadi. Rasanya berarti aja." sambil mengusap rambutmu mesra.
Lalu tiba-tiba muncul pernyataan dari kamu yang benar-benar membuat aku tak berhenti tersenyum sampai saat ini, "Marry me, please?"
Oh my God, aku speechless. Aku cuma menjawab begini, "Iya, aku mau dan bakal cepet lulus biar bisa sama kamu."
Kamu dengan manja hanya menjawab, "Cepet ya.. Jangan lama-lama."

Saat itu aku hanya bisa tersenyum mendengar kamu