Entah terlalu banyak atau mungkin aku yang tak lagi sempat menulis cerita tentang kita di sini. Tapi yang jelas jika aku tulis semua cerita yang kemarin terlewat, mungkin akan muncul beberapa post yang tiba-tiba banyak. Sekarang aku akan ringkas semua cerita kita dalam satu post yang terbilang sedikit lebih panjang.
Natal menjadi momen penting aku kembali bersama keluargaku setelah jarang sekali aku kembali ke ibukota. Dua hari setelah Natal aku kembali ke kota di mana ada kamu yang akan menghabiskan waktunya bersama denganku. Momen yang jarang kita punya karena berbagai kesibukan, kewajiban, dan status kamu. Kamu yang berkata tidak tahu harus ke mana saat tak ada aku membuatku ingin cepat kembali bersamamu. Kita habiskan waktu di tempatku dan kamu menginap beberapa hari. Aku sangat senang walaupun ada beberapa kali kita bertengkar karena berbagai masalah. Tahun baru aku lewati sendirian, tetapi aku tahu subuh nanti akan ada kamu (meski kita juga bertengkar saat itu).
Libur telah usai dan kamu berkata inilah saatnya kembali ke dunia nyata, dunia di mana tak ada aku di situ. Kamu sedang menghadapi masa-masa sibuk menjelang sidang dan aku hanya bisa mendukungmu dari belakang. Tak apa sampai hari itu datang. Hari di mana terjadi salah paham hingga kamu benar-benar tak mengenal aku. Mengira aku bisa begitu gila dan menghancurkan hal penting di hidupmu. Saat itu aku merasa kamu tak pernah benar-benar mengenal aku. Salah paham ini membuat kita tak bertemu sekitar sepuluh hari. Awal yang sulit tetapi aku terbiasa akhirnya. Lagipula kamu memang sedang sangat sibuk dan aku tak mau mengganggu.
Lalu tanggal penting setiap bulan itu datang. Tujuh bulan sudah kita lewati bersama. Aku menyiapkan hadiah dan kejutan kecil untukmu. Tak ingin memori terakhir kita yang buruk itu menjadi memori yang terkenang. Tetapi esoknya, hari di mana kamu sudah menyelesaikan sidang, kita kembali berselisih paham lagi. Sungguh aku bingung dan juga lelah. Aku tak ingin terus-menerus bertengkar dengan kamu. Lalu kembali kita putus kontak sampai empat hari dan akhirnya aku mengajak kamu makan malam. Tak banyak bicara karena aku masih bingung dan tak tahu harus seperti apa. Aku merasa selalu salah dan kurang. Tapi di satu sisi aku telah berusaha semampuku. Justru saat itu aku merasa kamu tak lagi perlu atau sayang aku. Bisa dibilang aku merasa berat sebelah. Rasanya sakit melihat kamu tak ada keinginan memperjuangkan atau apapun. Kamu masih saja suka mengabaikan janji, tak memberi kabar, dll. Sampai hari itu ketika aku mencoba baik-baik saja dengan semuanya, kita bertengkar hebat karena masalah emosionalku di jalanan. Saat itu aku merasa kamu terus menyalahkanku dan menuntut aku untuk tak menjadi diriku. Padahal aku mencoba dan terus mencoba. Merasa tak bisa di semua aspek aku berubah dan menjadi orang lain. Kemudian kalimat yang paling aku takutkan itu muncul. Kamu berkata kamu sudah lelah denganku dan dengan semua keadaan ini. Keadaan di mana hubungan kita tak diuntungkan dan harus selalu berpura di depan orang lain. Kamu ingin kembali seperti kamu yang dulu. Berurai air mata kujelaskan betapa tidak relanya aku dengan keadaan ini. Betapa aku merasa ini tidak adil untukku. Memberitahu kamu bahwa aku hancur dan tak bisa lagi menerima alasan klise itu. Kamu mengakui sudah datar sejak kejadian sebelum sidang itu membuat aku makin hancur. Ternyata perasaanku benar. Saat itu kamu sedang tak peduli padaku. Dengan semua kata-kata dan airmata, akhirnya kamu mengerti dan membatalkan niatmu untuk mengakhiri ini semua. Dan kamu menunjukkan bahwa kamu masih peduli denganku.Kamu bilang kamu akan berusaha dan meminta maaf karena selama ini mungkin kurang berusaha. Bahwa selama ini kamu sudah cukup dilelahkan dengan semua kewajiban dan kesibukan kamu sampai tak punya lagi tenaga untuk berjuang di hubungan ini.
Maka di sinilah kita sekarang. Mencoba lagi memperbaiki diri masing-masing dan mengerti bahwa sebuah hubungan harus dijaga dan dipupuk. Tak sekedar dibiarkan tumbuh sembarangan tanpa ada usaha di sana. Walaupun tetap ada perasaan tidak aman dan bisa kehilangan kamu sewaktu-waktu, tapi aku berterima kasih untuk keinginan mencoba dan memperbaiki semuanya. Sungguh, aku menghargai itu semua.
p.s. I love you
Natal menjadi momen penting aku kembali bersama keluargaku setelah jarang sekali aku kembali ke ibukota. Dua hari setelah Natal aku kembali ke kota di mana ada kamu yang akan menghabiskan waktunya bersama denganku. Momen yang jarang kita punya karena berbagai kesibukan, kewajiban, dan status kamu. Kamu yang berkata tidak tahu harus ke mana saat tak ada aku membuatku ingin cepat kembali bersamamu. Kita habiskan waktu di tempatku dan kamu menginap beberapa hari. Aku sangat senang walaupun ada beberapa kali kita bertengkar karena berbagai masalah. Tahun baru aku lewati sendirian, tetapi aku tahu subuh nanti akan ada kamu (meski kita juga bertengkar saat itu).
Libur telah usai dan kamu berkata inilah saatnya kembali ke dunia nyata, dunia di mana tak ada aku di situ. Kamu sedang menghadapi masa-masa sibuk menjelang sidang dan aku hanya bisa mendukungmu dari belakang. Tak apa sampai hari itu datang. Hari di mana terjadi salah paham hingga kamu benar-benar tak mengenal aku. Mengira aku bisa begitu gila dan menghancurkan hal penting di hidupmu. Saat itu aku merasa kamu tak pernah benar-benar mengenal aku. Salah paham ini membuat kita tak bertemu sekitar sepuluh hari. Awal yang sulit tetapi aku terbiasa akhirnya. Lagipula kamu memang sedang sangat sibuk dan aku tak mau mengganggu.
Lalu tanggal penting setiap bulan itu datang. Tujuh bulan sudah kita lewati bersama. Aku menyiapkan hadiah dan kejutan kecil untukmu. Tak ingin memori terakhir kita yang buruk itu menjadi memori yang terkenang. Tetapi esoknya, hari di mana kamu sudah menyelesaikan sidang, kita kembali berselisih paham lagi. Sungguh aku bingung dan juga lelah. Aku tak ingin terus-menerus bertengkar dengan kamu. Lalu kembali kita putus kontak sampai empat hari dan akhirnya aku mengajak kamu makan malam. Tak banyak bicara karena aku masih bingung dan tak tahu harus seperti apa. Aku merasa selalu salah dan kurang. Tapi di satu sisi aku telah berusaha semampuku. Justru saat itu aku merasa kamu tak lagi perlu atau sayang aku. Bisa dibilang aku merasa berat sebelah. Rasanya sakit melihat kamu tak ada keinginan memperjuangkan atau apapun. Kamu masih saja suka mengabaikan janji, tak memberi kabar, dll. Sampai hari itu ketika aku mencoba baik-baik saja dengan semuanya, kita bertengkar hebat karena masalah emosionalku di jalanan. Saat itu aku merasa kamu terus menyalahkanku dan menuntut aku untuk tak menjadi diriku. Padahal aku mencoba dan terus mencoba. Merasa tak bisa di semua aspek aku berubah dan menjadi orang lain. Kemudian kalimat yang paling aku takutkan itu muncul. Kamu berkata kamu sudah lelah denganku dan dengan semua keadaan ini. Keadaan di mana hubungan kita tak diuntungkan dan harus selalu berpura di depan orang lain. Kamu ingin kembali seperti kamu yang dulu. Berurai air mata kujelaskan betapa tidak relanya aku dengan keadaan ini. Betapa aku merasa ini tidak adil untukku. Memberitahu kamu bahwa aku hancur dan tak bisa lagi menerima alasan klise itu. Kamu mengakui sudah datar sejak kejadian sebelum sidang itu membuat aku makin hancur. Ternyata perasaanku benar. Saat itu kamu sedang tak peduli padaku. Dengan semua kata-kata dan airmata, akhirnya kamu mengerti dan membatalkan niatmu untuk mengakhiri ini semua. Dan kamu menunjukkan bahwa kamu masih peduli denganku.Kamu bilang kamu akan berusaha dan meminta maaf karena selama ini mungkin kurang berusaha. Bahwa selama ini kamu sudah cukup dilelahkan dengan semua kewajiban dan kesibukan kamu sampai tak punya lagi tenaga untuk berjuang di hubungan ini.
Maka di sinilah kita sekarang. Mencoba lagi memperbaiki diri masing-masing dan mengerti bahwa sebuah hubungan harus dijaga dan dipupuk. Tak sekedar dibiarkan tumbuh sembarangan tanpa ada usaha di sana. Walaupun tetap ada perasaan tidak aman dan bisa kehilangan kamu sewaktu-waktu, tapi aku berterima kasih untuk keinginan mencoba dan memperbaiki semuanya. Sungguh, aku menghargai itu semua.
p.s. I love you
No comments:
Post a Comment