Monday, November 1, 2010

Marry Me, Please?



Kamu itu sering sekali dikejar waktu dan pekerjaan. Kemudian karena terus-menerus kurang istirahat, badan kamu menjadi sakit. Dengan begitu banyaknya kesibukan kamu, aku menduga tubuh kamu lelah mengikuti semua aktivitas itu. Tapi kali ini tubuhmu memprotes kesakitan dari bagian kepala, ulu hati, lambung, sampai ke bagian kaki. Dasar, kamu itu selalu saja begitu. Itulah mengapa aku ingin selalu ada untukmu. Untuk mengingatkan kamu dan menjaga kamu hingga kamu tidak jatuh sakit.

*** (di rumah sakit)
Aku menemanimu mendaftar, periksa tekanan darah, dan mengobrol dengan dokter penyakit dalam itu. Menurut kita, dokter itu memang kurang informatif. Tidak memberi tahu detail kira-kira cara pencegahan lebih lanjutnya harus bagaimana, penyebabnya apa, dan sebagainya. Ya sudah, akhirnya kita pulang saja setelah menebus resep dengan birokrasi yang berbelit-belit itu.

*** (di rumahku)
Kamu tiba-tiba berkata, "Hey, maaf tadi aku ngegandeng kamu di lorong. Hehe. Aku beneran lupa tadi. Bahkan aku hampir aja menggelendot ke kamu."
"Gapapa.. Aku malah seneng tadi kamu kayak gitu. Aku ga lupa sih, tapi tadi menikmati aja. Makanya tadi aku senyum-senyum." jawabku.
"Habis, tadi aku ga ngerasa sendirian waktu keluar dari rumah sakit. Karena ada kamu yang nemenin aku. Udah kayak pasangan aku aja. Hehe." kamu masih mencoba terus menjelaskan.
"Iya, gapapa sayang. Aku kan tadi udah bilang kalo aku emang seneng kamu kayak tadi. Rasanya berarti aja." sambil mengusap rambutmu mesra.
Lalu tiba-tiba muncul pernyataan dari kamu yang benar-benar membuat aku tak berhenti tersenyum sampai saat ini, "Marry me, please?"
Oh my God, aku speechless. Aku cuma menjawab begini, "Iya, aku mau dan bakal cepet lulus biar bisa sama kamu."
Kamu dengan manja hanya menjawab, "Cepet ya.. Jangan lama-lama."

Saat itu aku hanya bisa tersenyum mendengar kamu

No comments:

Post a Comment